Sabtu, 21 Mei 2011

Pengaruh Fisik, Kognitif (berpikir) dan Bahasa Terhadap Perilaku Anak Prasekolah

Perkembangan perilaku anak prasekolah tidak berdiri sendiri, namun sejalan dengan perkembangan aspek lainnya, baik fisik, kognitif, serta perkembangan bahasanya. Dengan meningkatnya berbagai aspek kemampuan anak timbullah berbagai perilaku yang khas pada anak-anak usia ini.

  1. Perkembangan fisik
    meningkatnya kemampuan fisik mendorong meningkatkan mobilitas anak, sehingga si anak tampak hampir tak pernah diam. Seolah-olah ia selalu ingin melangkah dengan leluasa keluar rumah.
  2. Perkembangan cara berpikir
    di awal usia prasekolah, anak mulai mengembangkan pemahaman tentang hubungan benda, antara bagian dan keseluruhan serta perbandingan ukuran besar dan kecil.
  3. Perkembangan bahasa
    perkembangan berbahasa anak ini mengambil porsi penting dalam kehidupan anak selanjutnya, mempengaruhi tindak tanduknya. Dibanding masa sebelumnya, kini anak jadi lebih bisa diajak berkomunikasi, bisa mengungkapkan keinginannya secara verbal. Itulah sebabnya anak membutuhkan teman sebaya, sehingga ia bisa melatih perbendaharaan katanya lewat bermain bersama teman.
Meningkatnya berbagai aspek perkembangan anak prasekolah mempengaruhi bentuk tingkah laku yang ditimbulkannya. Namun, di samping pertumbuhan anak sendiri, pola asuh orang tua juga berpengaruh terhadap perilaku mereka. Karena pada dasarnya, perilaku anak merupakan hasil adaptasi dari apa yang dilakukan dan diberikan oleh lingkungan sekitarnya.

Dalam perkembangan, ada tiga perilaku lingkungan yang bisa mempengaruhi perilaku anak, yaitu :

  1. Proses pemberian hadiah dan hukuman
    dengan diberikannya hadiah atas tindakan anak yang dianggap baik oleh lingkungan, dan sebaliknya, hukuman atas tindakan yang tak direstui lingkungan, anak berpeluang untuk mempelajari harapan lingkungan. Akibatnya, ia juga bisa belajar untuk mengontrol tindakannya.
  2. Belajar dari lingkungan
    anak memetik banyak pelajaran dari mengamati dan meniru orang lain disekitarnya, terutama orang tua dan teman sebayanya. Misalnya saja, menirukan gaya penyanyi yang sering dilihatnya di televisi.
  3. Proses identifikasi
    Proses ini melibatkan ikatan emosi antara anak dengan model yang ditirunya. Anak berusaha mengikuti tindakan model sedemikian rupa, sehingga ia merasa bahwa tindak, sikap, perasaan, bahkan jalan pikirannya mirip sang model. Dalam hal ini, orang tua sering dijadikan obyek model anak. Perhatikan saja, tidak sedikit anak-anak yang bercita-cita sama seperti profesi ayah atau ibunya.

    Bisa dilihat betapa besar peran lingkungan dalam kehidupan anak. Dan, andalah sang pemeran utamanya.

Anak Ngompol Di Sekolah

Mengompol kembali pada usia prasekolah bisa disebabkan oleh gangguan fisik atau emosi. Jika seorang anak mengalami infeksi pada saluran kencing, kadang-kadang ia tidak dapat menahan kencingnya dengan baik. Kalau ini yang terjadi, kita harus segera membawa si kecil ke dokter agar mendapat perawatan sebagaimana mestinya.

Mengompol juga bisa merupakan ungkapan dari rasa cemas atau kurang aman. Hal ini bisa terjadi karena :

  • Kehadiran seorang adik. Anak bisa sengaja mengompol kembali karena ia ingin berperilaku seperti adik barunya. Perilaku ini kadang-kadang juga dilandasi oleh keinginannya untuk menarik perhatian orang tuanya. Ada juga yang mengompol tanpa disengaja, dan ini sering disebabkan oleh rasa cemas akan kehilangan kasih sayang orang tuanya.
  • Ditinggalkan orang yang dipercayai. Misalnya jika anak ditinggal cuti oleh pengasuh yang sudah dekat dengannya.
  • Mengalami kejadian yang menakutkan atau sedih sehingga anak merasa risau dan kurang tentram. Misalnya saja, orang tua sering bertengkar.
  • Anak mengalami perubahan dalam hidupnya seperti pindah rumah atau harus berpisah dengan orang tua selama berada di sekolah.
Jika seorang anak hanya mengompol di sekolah, beberapa penyebab yang mungkin terjadi adalah :

  • Tidak berani bilang kepada gurunya bahwa ia mau ke kamar kecil.
  • Kamar kecil terletak jauh dari kelas, gelap atau terpencil sehingga anak merasa takut pergi sendiri.
  • Kamar mandi di sekolah tidak seperti yang ada di rumah, misalnya dalam hal bentuk (jongkok atau duduk), kenyamanan dan kebersihannya.
  • Anak belum bisa pergi ke kamar kecil sendiri karena sudah biasa dibantu.
  • Merasa kurang aman dan takut di sekolah karena belum biasa ditinggal sendiri oleh orang tuanya.
  • Ada masalah dengan murid lain yang tidak diketahui guru.
  • Merasa cemas berlebihan karena takut salah dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru.
  • Masalah yang terbawa dari rumah.

Anak Mogok Sekolah

Di usia 3 tahun, anak-anak mulai merasakan takut berpisah dengan orang tua, suatu ketakutan yang menjadi basis ketakutan anak sepanjang masa kanak-kanaknya dan seringkali terus berlanjut sampai dewasa. Takut yang mendasar ini hilang timbul dalam berbagai bentuk di sepanjang usianya.

Dalam usia prasekolah, ketakutan berpisah dari orang tua dapat muncul dalam perilaku tak mau lepas dari orang tua dan takut tidur. Karena itu, adalah hal yang normal bila sesekali anak berusia 4-5 tahun tak mau pergi ke sekolah.

Menghadapi anak-anak yang sedang mogok dengan marah-marah atau memaksa mereka pergi ke sekolah sama sekali tidak menolong. Mungkin sebaiknya anda dan guru membicarakan cara-cara terbaik agar anak merasa senang di sekolah dan tidak melekat seperti lem dengan ibu.

Bila anak bersikeras tak mau sekolah, mungkin ia benar-benar tak suka sekolahnya. Karena itu, sebaiknya anda tidak memaksanya untuk tetap pergi ke sekolah. Carikan sekolah yang lain, dan beri waktu untuk menyesuaikan diri dengan suasana baru.

Anak Gagap

Setiap anak, diantara usia 1-6 tahun sedang mengembangkan keterampilan berbicaranya. Itu sebabnya, terkadang ada saat-saat dimana dia tidak lancer dalam berbicara, seperti terbata-bata dan mengulang-ulang kata.

Di usia prasekolah anak-anak selalu mencari kata-kata yang tepat dan mengalami kesulitan menemukannya. Mencari-cari kata ini terutama terjadi di saat-saat mereka sedang begitu bersemangat, sedang marah atau ketika mereka ingin orang lain turut merasakan keberhasilan yang diraihnya.

Para ahli mengatakan, bila ditanyakan pada para penggagap, mereka sependapat bahwa justru antisipasi akan kesukaran mengungkapkan kata-katalah yang menyebabkan timbulnya gagap. Ketika penggagap merasa bicaranya diperhatikan orang lain, maka semakin menjadi-jadilah gagapnya. Jadi jelaslah, gagap cenderung muncul dalam kondisi stres.


Tanda-tanda anak gagap:

  • Menunjukkan ritme bicara yang tidak teratur, yaitu memanjangkan beberapa kata dan memotong/mempercepat kata yang lain
  • Sukar/tak mau bicara, anak seperti ingin mengatakan sesuatu dan kemudian diam atau pergi
Bila beberapa diantara tanda-tanda tersebut muncul dalam bicara anak, terutama bila ia sudah masuk sekolah dasar, anda harus mengintropeksi diri, adakah kira-kira penyebab stres pada anak yang mengganggu perkembangan bicaranya. Bila perlu mintalah bantuan psiklogi atau speech therapist.

Perilaku Anak Mencuri

Tak ada yang lebih mengejutkan orang tua daripada memergoki anaknya yang belum sekolah sudah berani mengambil uang diam-diam dari dompet orang tuanya. Anak belum mengetahui konsep moral yang ada. Karena itu, kata mencuri lebih tepat untuk orang dewasa dan terlalu keras bagi anak-anak.

Ada dua alasan utama mengapa anak mengambil milik orang lain. Pertama, hal ini berasal dari asumsi anak bahwa semua adalah miliknya sampai ada orang lain member itahu dia bahwa itu bukan miliknya. Yang kedua adalah anak-anak ini punya kebutuhan yang sangat besar untuk mengidentifikasi diri dengan orang-orang lain di sekelilingnya, seperti orang tua, saudara, teman bermain. Kebutuhan tersebut mendorongnya untuk mengambil milik orang-orang tersebut. Di dalam pikiran mereka, memiliki barang seseorang sama artinya dengan menjadi seperti orang itu.

Menghadapi anak seperti ini, sebaiknya orang berhati-hati. Apapun penyebabnya, hukuman keras, mengungkit-ungkit kejadian ini, dan memberinya nama ejekan, seperti maling atau si tangan panjang, bukanlah jawaban yang tepat. Mendidik, itulah yang seharusny dilakukan orang tua. Bukanlah tujuan mendidik adalah agar anak sadar akan perilakunya yang baik dan yang tidak baik, sehingga mengurangi perilaku buruk dan menambah perilaku baik.

Pertama-tama, kita harus mengajarkannya untuk meminta bila ia menginginkan sesuatu. Kita juga dapat mengajarinya soal meminjam dan meminjamkan. Pada kasus anak yang mengambil uang dari dompet orang tua, anda harus benar-benar yakin bahwa anak memang bersalah. Maka, katakan saja kepada anak anda bahwa anda sudah tahu ia mengambil uang, bahwa anda sangat tidak menyukai perilakunya itu dan anda ingin tahu mengapa ia mengambil uang itu. Dengan begitu, anda bisa mengerti mengapa anak mengambil uang. Katakanlah padanya kalau lain kali menginginkan sesuatu, hendaknya ia berterus terang kepada anda. Bila mengambil sesuatu dari tempat lain, katakanlah dengan baik-baik tetapi tegas bahwa ia harus mengembalikan barang tersebut dan meminta maaf kepada pemiliknya. Bantu anak dengan melatih apa yang harus dikatakannya nanti. Yang penting orang tua harus konsisten setiap kali peristiwa yang sama terjadi.

Anak juga sebaiknya ditanyai, apa yang sebaiknya bersama-sama dapat dilakukan agar ia selalu ingat untuk tidak mengambil yang bukan miliknya. Beri dia tanggung jawab. Bila anak sudah mengembalikan barang tersebut, beritahukan kepadanya bahwa orang tua bangga padanya karena telah memperbaiki perilakunya.

Perilaku Anak Berbohong

Semua orang tua kaget ketika untuk pertama kalinya mereka mengetahui anaknya berbohong. Tetapi bagi mereka, berbohong tidak menyebabkan masalah yang besar. Masalah justru timbul pada diri orang tua. Ketika menangkap anaknya tertangkap basah berbohong, mereka merasa anak-anak tersebut melenyapkan kepercayaan yang ada di antara diri mereka dan anak. Ada orang tua yang menyalahkan diri sendiri, mempertanyakan pertimbangan moral di keluarga, menyalahkan metode mengasuh anak, atau marah-marah kepada anak. Bohong adalah perilaku anak yang menyusahkan orang tua.
Pada dasarnya, anak berbohong dengan alasan yang berbeda-beda, sama dengan orang dewasa ketika berbohong. Yakni untuk menghindari hukuman karena mengelakkan tanggung jawab, melindungi teman, agar dipuji, ada untuk melindungi hal-hal yang sifatnya pribadi. Khususnya pada anak usia dini, mereka berbohong dengan alasan yang sifatnya kekanak-kanakan, seperti menguji kemampuan menghindar dari amarah orang tua, bagian dari imajinasi atau memang benar-benar suka membuat cerita.
Menghadapi anak berbohong memang memerlukan teknik tersendiri. Orang tua memang tidak bisa menyetop anaknya supaya tidak berbohong, tetapi kalau ditumbuhkan rasa percaya sejak kecil, diharapkan bohong tidak menjadi masalah di kemudian hari. Berikut ini beberapa tindakan yang bisa diterapkan dalam menghadapi anak berbohong :
  • Beri penjelasan secukupnya
    anda tidak perlu memberi penjelasan moral panjang lebar pada si kecil, tetapi cukup dengan mengatakan bahwa bila berbohong orang tua akan sedih. Sedangkan bila ia bercerita yang sesungguhnya , orang tua akan senang.
  • Jangan menciptakan suasana untuk bohong
    seperti orang dewasa, si kecil pun tak akan mau mengakui prilaku bohongnya, kalau dia tahu akan dimarahi. Karena itu, gunakan cara bertanya yang tepat.
  • Anak harus tahu beda fantasi dengan kenyataan
    anak usia ini memang senang mengkhayal, karena itu kalau ia membual, cobalah menanggapinya secara proporsional.
  • Hindari marah dan reaksi berlebihan
    bagi anak-anak, kemarahan orang tua lebih menakutkan daripada hukuman yang harus dia hadapi. Hal yang harus dilakukan adalah mencoba mengerti mengapa ia berbohong. Lalu jelaskan bahwa prilaku itu tidak baik. Jangan sekali-kali mengejek membuat anak malu dengan menceritakan di depan orang lain.
  • Jangan terlalu khawatir
    bila menemukan anak berbohong memang harus dikatakan secara tegas bahwa itu tidak baik. Namun demikian anda tidak perlu terus khwatir. Yang harus diperhatikan adalah bila bohong menjadi kebiasaan dengan pola yang jelas dan berhubungan dengan prilaku lain seperti mencuri.
  • Orang tua menjadi model bagi anak
    orang tua harus dapat memberi penjelasan tentang white-lies (bohong dengan tujuan untuk tidak menyakiti perasaan orang lain) dan black-lies (bohong yang tidak baik).
  • Hormati privacy anak
    bila anak anda menceritakan sesuatu yang baginya rahasia pribadi, hormatilah privacynya itu dengan tidak menceritakannya kepada orang lain.
  • Buatlah agar anak merasa nyaman dengan dirinya
    meskipun bukan jaminan seratus persen, tetapi para ahli psikologi setuju bahwa seorang anak yang percaya diri dan punya harga diri yang baik, tidak suka berbohong untuk mengangkat egonya atau untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.

Kamis, 19 Mei 2011

Perkembangan Anak Usia 5 Tahun

Pada usia ini keseimbangan anak sudah lebih terkontrol daripada anak usia 4 tahun. Tubuhnya lentur dan gerakannya halus, perkembangan bahasanya pun sudah bertambah baik dan bila ia bertanya, tujuannya ialah untuk memperoleh informasi dan bukan sekedar basa-basi. Kualitas pertanyaannya pun lebih baik dan dengan struktur kalimat yang tepat serta bervariasi.

Anak pada usia ini sudah dapat berdiri sendiri. Ia sudah matang untuk menyesuaikan diri dengan suatu bentuk kebudayaan tertentu. Sikapnya juga sudah lebih serius, lebih sabar dan merasa bangga akan diri sendiri. Pada usia ini anak jarang berkelahi. Ia sudah dapat bermain dan berteman, walaupun belum dapat bekerjasama. Mereka mulai tumbuh perasaan malu, malas, perasaan direndahkan, mulai mengetahui tentang perbedaan kelamin maupun status dan sudah dapat menyesuaikan diri.

Anak-anak usia 5 tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan yang sederhana. Mereka dapat menyesuaikan gerakan dengan posisi lebih terarah dan efisien. Anak pada usia ini sudah dapat menghitung sampai 10, dapat menyebut usia, mengenal waktu, mengingat nama-nama tempat dan mengikuti irama. Ia pun dapat menceritakan kembali cerita yang pernah didengarnya dengan urutan yang benar, tetapi mulai tidak menyukai cerita-cerita khayal. 

Secara intelektual anak usia 5 tahun sudah terarah, akan tetapi cara berpikirnya masih tetap kekanak-kanakan.


Selasa, 17 Mei 2011

Perkembangan Anak Usia 4 tahun

Pada usia ini perkembangan otot-otot kaki anak sudah lebih sempurna, sehingga gerakan anak lebih lancar, lebih terkoordinasi dan lebih mudah bergerak. Anak usia 4 tahun dapat melompat, meloncat, berdiri di atas satu kaki dalam tempo yang cukup lama. Ia dapat pula melempar bola, maupun meronce manik-manik. Anak senang bermain dengan kata-kata, meskipun tata bahasanya masih kacau. Namun dari ucapannya muncul suatu pola berpikir yang abstrak.

Pada usia ini, anak mulai mampu untuk menahan diri dan sudah mengetahui disiplin. Ia dapat duduk dengan tenang dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati. Selain itu dapat mengurus diri, makan sendiri, menyisir rambut dan memakai pakaian sendiri.

Pada masa ini kritik dan pujian berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasi anak. Meskipun kepandaiannya sudah lebih meningkat, tetapi anak tetap belum dapat membedakan antara cerita yang sungguh-sungguh dan cerita khayalan. Dari perkembangan pengertian, dapat dilihat bahwa anak usia 4 tahun sudah dapat membedakan antara "satu" dan banyak. Rasa ingin tahunya diarahkan untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai asal mula dan sebab akibat sesuatu hal. Ia mencoba untuk mengkonseptualisasi kemajemukan alam dan lingkungan sosial. Walaupun demikian proses intelektualnya masih sempit.

Bimbingan Usia Dini

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada semua anak agar anak dapat mencapai perkembangan yang maksimal.
Tujuan bimbingan bagi anak :
  1. agar anak dapat mencapai tahap transisi (peralihan)
  2. membantu anak dapat menyesuaikan diri
  3. membantu anak mengatasi kesulitan
  4. membantu menghilangkan secara bertahap kebiasaan buruk dan memupuk kebiasaan baik
  5. mempersiapkan mental diri anak masuk sekolah SD
Tujuan bimbingan bagi orang tua :
  1. membantu orang tua dalam memahami anak sebagai individu
  2. membantu orang tua dalam mengambil keputusan dalam pemilihan sekolah
  3. membantu orang tua dalam memecahkan masalah kesehatan anak
  4. membantu orang tua dalam mengatasi gangguan emosi anak
Sifat-sifat bimbingan :
  1. bimbingan bersifat pencegahan (preventive)
    merupakan bantuan kepada anak sebelum anak mendapat masalah
  2. bimbingan bersifat penyembuhan (curative)
    merupakan bantuan kepada anak setelah/selama anak mendapat atau mengalami masalah.

Pendidikan Luar Biasa

Pengertian Pendidikan Luar Biasa
Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Selain itu pendidikan luar biasa juga berarti pembelajaran yang di rancang khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik. Secara singkat pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang di siapkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa.
Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk mencapai potensinya secara maksimal.  

Sejarah perkembangan anak luar biasa

Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa pada akhir abad kedelapan belas atau awal abad kesembilan belas.Di Indonesia sejarah perkembangan luar biasa dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia,(1596-1942) mereka memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi barat. Untuk pendidikan bagi anak-anak penyandang cacat di buka lembaga –lembaga khusus. Lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra grahita tahun1927 dan untuk tuna runggu tahun 1930.ketiganya terletak dikota bandung.
Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan yang pertama mengenai pendidikan. Mengenai anak-anak yang mempunyai kelainan fisik atau mental, undang-undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasl 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak tersebut pasal 8 yang mengatakan:semua anak-anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan sudah berumur 8 tahun di wajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun. Dengan di berlakukannya undang-undang tersebut,  maka sekolah-sekolah baru yang  khusus bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras ,sekolah ini disebut sekolah luar biasa(SLB).
Sebagian berdasarkan urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB itu di kelompokkan menjadi :
(1) SLB bagian A untuk anak tuna netra
(2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu
(3) SLB bagian C untuk anak tuna Grahita
(4) SLB bagian D untuk anak tuna daksa
(5) SLB bagian E untuk anak tuna laras
(6) SLB bagian F untuk anak cacat ganda

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. Tentunya di usia dini, mereka akan belajar pondasi-pondasinya. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, tetapi bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, memecahkan masalah, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa.

Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. Tentunya cara bermain pun tidak bisa asal, harus yang diarahkan dan ini butuh tenaga yang memiliki kemampuan dan cara mengajarkan yang tepat. Kelas harusnya berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran. Bukan menjadi ajang tarik-ulur kekuatan antara murid-guru. Seharusnya terbangun sikap anak yang semangat untuk belajar.

Anak-anak usia dini belum bisa berpikir dengan sempurna seperti orang dewasa. Anak-anak usia tersebut harus dipandu cara berpikir secara besar, cara mencerna, dan berdaya nalar. Sayangnya, beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia belum mengajarkan mengenai multiple intelligences. Ini kembali ke perkembangan latar belakang ahli didiknya.

Apa perbedaan anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan usia dini berkualitas dengan anak-anak yang tidak belajar? 

Di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar. Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan cukup di usia dini, akan lamban menerima sesuatu. 

Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil  dengan bensin tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban. Pendidikan anak sudah bisa dimulai sejak ia berusia 18 bulan. para peneliti sudah membuktikannya secara meyakinkan bahwa manusia mengembangkan sekitar 50% kemampuannya untuk belajar dalam waktu empat tahun pertama masa hidup dan mengembangkan 30% kemampuan lainnya itu sebelum berumur 8 tahun.

Identifikasi Anak berkelainan

Anak berkelainan/berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami penyimpangan kondisi, kebiasaan dan prilaku. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan menjadi 9 jenis.  Secara singkat masing-masing jenis kelainan dijelaskan sebagai berikut :

1. Tuna netra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2. Tuna rungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

3. Tuna daksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

4. Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

5. Tuna grahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.

6. Lamban belajar (slow learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti)

8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang mengalami gangguan komunikasi ini tidak selalu disebabkan karena faktor ketunarunguan.

9. Tuna laras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.

Anak dan Es Krim

ice cream adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung ice cream atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Di pasaran, ice cream digolongkan atas kategori economy, good average dan deluxe.
Perbedaan utama dari ketiga jenis ice cream tersebut terletak pada kandungan lemak susunya. Saat ini di pasaran juga dikenal ice cream rendah lemak, yaitu ice cream yang direduksi kandungan lemaknya per takaran saji. Reduksi yang dilakukan umumnya sebesar 25 hingga 50% dari jumlah normal. Jadi, kandungan lemak dalam ice cream rendah lemak hanya sekitar 2-6%.
Dr. Rifan Fauzie, SpA, seorang dokter spesialis anak, menerangkan salah satu unsur dari komponen nutrisi adalah kalsium. Kalsium memiliki banyak fungsi vital di dalam tubuh. Manfaat kalsium adalah berperan dalam proses pertumbuhan tulang dan gigi, proses koagulasi/pembekuan darah, fungsi kerja otot-otot termasuk otot jantung, metabolisme tingkat sel, sistem pernafasan, dan sebagainya. Begitu pentingnya kalsium bagi proses di dalam tubuh, maka pemenuhan kebutuhan akan kalsium adalah amat penting.

Sebanyak 99% kandungan kalsium di dalam tubuh berada di tulang, maka proses pertumbuhan tulang amat sensitif terhadap kandungan kalsium di dalam tubuh secara keseluruhan, sayangnya di dalam diet makanan anak Indonesia secara umum masih mengandung rendah kalsium. Perlu diupayakan peningkatan asupan kalsium melalui sumber/jenis makanan yang lain, di antaranya dalam bentuk makanan ringan yang menarik secara umum gizi tinggi. Diantaranya dapat didapatkan dari es krim yang mengandung kadar kalsium yang optimal.

Jika pemenuhan asupan terganggu, maka akan muncul gejala-gejala yang timbul akibat kekurangan kalsium, diantaranya adalah akan timbul gejala lesu, lemah, berkeringat, kram otot, nyeri perut, gangguan tidur, kejang pembentukan tulang tidak optimal, tulang keropos (osteoporosis), proses pembekuan darah terganggu dan lain-lain. Gejala yang timbul tersebut bila berlangsung terus menerus/kronis maka akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal.
Mengingat betapa vitalnya peran kalsium dalam proses pembentukan anak, maka seyogyanya kita memenuhi kebutuhan asupan yang mengandung kalsium sesuai kebutuhan tiap anak di dalam dietnya sehari-hari. Selain dari diet utamanya yaitu dengan kriteria 4 sehat 5 sempurna, asupan tambahan lain yang berasal dari makanan ringan/pendamping dapat diberikan. Makanan pendamping/ ringan yang diberikan seharusnya yang sehat dan mengandung zat gizi yang bermanfaat, diantaranya yang mengandung vitamin, mineral seperti kalsium yang cukup, dan sebagainya. Dengan pemenuhan akan asupan nutrisi yang optimal, diharapkan proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal, dan berkualitas, yang akan menjadikan mereka sebagai generasi penerus yang dapat mengharumkan nama bangsanya.
jadi, jangan larang si kecil untuk menyantap es krim. asalkan jangan berlebihan.

Membentuk Pola Makan Anak Sehat

Peran Ibu untuk menanamkan kebiasaan pola makan sehat pada anak di usia dini sangatlah penting. Apalagi  anak memiliki kebiasaan susah makan. Berikut ada beberapa tips untuk membentuk pola makan sehat pada anak:
  1. Tingkatkan pengetahuan tentang kebutuhan gizi balita, jenis, makanan, susunan menu yang kreatif serta ciptakan suasana yang menyenangkan di saat makan.
  2. Penelitian membuktikan bahwa untuk menawari anak makanan baru, diperlukan 10 kesempatan pada saat yang berbeda dan baru berhasil. Moto “Coba dan Coba lagi” harus selalu diterapkan. Jadi jangan menyerah jika anak mengeluh tidak mau makan.
  3. Perkenalkan rasa baru kepada anak secara rutin. hal ini akan menstimulasi anak untuk berani mencoba hal-hal baru.
  4. Anak selalu meniru idolanya. Jadilah teladan, panutan, dan idola yang baik bagi Si Kecil. Sajikan dan makanlah berbagai macam makanan. Biarkan anak melihat ibu dan anggota keluarga lain menikmati makanan. Dudukanlah Si Kecil di samping Anda dan biarkan dia bereaksi.
  5. Perkuat sikap positif makan anak dengan cara memberikan komentar positif setiap kali anak Anda mengkonsumsi makanan yang sehat dan mencoba makan dengan benar.
  6. Manfaatkan selera makan Si Kecil. Kembangkan selera makannya dan berikan makanan sesuai waktu yang dia inginkan dan tentu saja berikan pada saat Si Kecil lapar.
  7. Lingkungan dan suasana makan harus tenang dan bebas emosi.
    • Jangan melarang dan memaksakan makanan tertentu karena sikap seperti itu akan berdampak negatif terhadap pola makan anak.
    • Jangan terlalu dan selalu menekankan masalah makanan.
    • Izinkan Si Kecil untuk sekali-kali mengkonsumsi minuman dan makanan yang disukainya, dengan catatan: setelah semua makanan sehat dan baik dikonsumsinya.
  8. Ubahlah letak penyimpanan makanan.
    • Makanan sehat disimpan di tempat yang mudah terlihat dan dijangkau.
    • Simpan makanan kudapan ditempat yang tersembunyi sehingga Ibu bisa memantau jenis dan jumlah yang dimakan oleh anak.
  9. Tetap santai, tenang dan konsisten dan jangan menyerah pada tuntutan anak dan emosi mereka.
  10. Tumbuhkan rasa bangga dan ucapkan selamat pada diri sendiri karena sudah berhasil memerankan tugas dengan baik untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan cerdas, kunci keberhasilan di masa depan.
    SELAMAT MENCOBA!!!
demikian tip

Anak Berkebutuhan Khusus ( Autisme)

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
  • interaksi sosial
  • komunikasi (bahasa dan bicara)
  • perilaku emosi
  • pola bermain
  • gangguan sensorik dan motorik
  • perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.

A. Interaksi sosial  :
  1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
  2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
  3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
  4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah
B. Komunikasi Sosial:
  1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal
  2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
  3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
  4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social
C.Perilaku Emosi :
  1. Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya 
  2. Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya
  3. Lebih suka menyendiri (sifatnya agak menjauhkan diri)
  4. suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas
 
D. Pola Bermain  :
  1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
  2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
  3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda
  4. Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama
  5. Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa 
E. Gangguan Sensorik dan Motorik :
  1. Tidak pernah melakukan kontak mata
  2. Melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau sama sekali tidak melakukan apapun

E. Perkembangan Terlambat/Tidak Normal :
  1. menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan daripada kata-kata
  2. Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata (bersikap seperti orang tuli)
Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Kiranya melalui media ini penulis menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autisme untuk semakin mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka. Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi, apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka.

Jumat, 13 Mei 2011

Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: untuk membentuk anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.

Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini :
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Rabu, 11 Mei 2011

Karakteristik Anak-anak

Ada beberapa karakteristik anak pada usia 3-6 tahun yang perlu kita ketahui. Di antaranya adalah:
  1. Belum dapat mengontrol tindakannya dengan baik. Pada fase ini anak-anak baru mulai belajar mengontrol diri dan emosinya
  2. Selalu ingin bergerak dengan leluasa, ingin mencoba berbagai hal yang baru
  3. Belajar mengenal banyak hal di lingkungan sekelilingnya. Terkadang mereka seperti akan merusak benda, padahal mereka sedang meneliti dan mencoba mencari tahu
  4. Ceriwis, karena mereka sedang belajar bicara, mereka senang dengan kata-kata yang baru. Mereka bisa saja mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, tapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui artinya. Hanya karena mereka sering mendengar kata-kata tersebut dan terkesan lucu di telinga mereka. Jadi berhati-hatilah berbicara kepada anak-anak.
  5. Masih memiliki ego yang sangat tinggi. Dalam fase ini anak-anak cenderung senang memprotes, merebut, ingin menang sendiri, keras kepala, dan suka pamer
  6. Suka bertanya banyak hal, bahkan sering kali mendetail sampai tak jarang membuat orang dewasa kewalahan dan kesal dengan pertanyaannya
  7. Mulai belajar beradaptasi dengan lingkungannya.
Karakteristik-karakteristik ini adalah hal yang masih dapat diwajari pada usia mereka. Namun, seyogyanya orangtua juga harus selalu mengawasi dan berusaha untuk meluruskan perilaku anak. Apalagi jika perilaku mereka kurang baik.
Ancaman dan kemarahan sebenarnya bukan hal yang tepat untuk membuat anak mengerti/memperbaiki kesalahannya. Mereka berbuat salah karena mereka tidak tahu. Karena itu orangtua harus memberitahu mereka dengan cara yang lembut dan sabar.
Orangtua harus selalu kompak dalam menghadapi anak-anak mereka. Jangan sampai ada perbedaan pola asuh antara ayah dengan ibu yang akhirnya membuat anak-anak menjadi bingung.